Berita

Kisah Inspiratif Peserta Difabel, Gantungkan Cita-cita Lewat UTBK di UNP

Kamis, 24 April 2025 Humas UNP - Siti Sarah 312

Padang – Kamis pagi (24/4/2025) di Labor Departemen Elektronika 10 Universitas Negeri Padang (UNP) tampak berbeda. Suasana hiruk pikuk perkuliahan, kini turut diwarnai kisah-kisah inspiratif dari lima peserta UTBK-SNBT 2025 penyandang disabilitas yang mengikuti sesi ketiga pelaksanaan ujian masuk perguruan tinggi negeri.

Tiga di antaranya adalah difabel netra: Puti Zarqa Prima, Khairani Sari, dan Otto Wahyudi. Sementara dua lainnya, Intan Permata Sari dan Ezra Novita Nainggolan, memiliki kondisi low vision dan gangguan bicara.

Puti dan Impian Menulis Cerita

Puti Zarqa, siswa SMA 2 Bukittinggi, datang dengan semangat yang membara. Meski penglihatannya terbatas, Puti yang difabel netra memilih jurusan Ilmu Komunikasi di UNP sebagai pilihan pertama pada UTBK-SNBT dengan satu cita-cita membahagiakan orang tuanya.

“Aku pengen nulis-nulis cerita,” ujarnya singkat namun penuh keyakinan.

Pilihan UNP bukan tanpa alasan. Menurutnya, kampus ini dikenal ramah terhadap disabilitas netra. “Ada alumni Tuna Netra dari kampus ini yang sekarang ngajar di Bukittinggi. Dia cerita kalau kampus ini memang inklusif,” tutur Puti.

Sang ayah, Supriadi, dalam wawancara terpisah menyebut bahwa keluarga memberi kebebasan kepada Puti untuk memilih masa depannya. “Dia suka menulis, suka bikin cerita. Kami mendukung dan mengarahkan, tapi keputusan tetap ditangan dia,” katanya.

Khairani dan Cita-Cita Mulia Mengajar Al-Qur’an Braille

Sementara itu, semangat luar biasa juga datang dari Khairani Sari dan ibunya. Dalam keadaan sebagai orang tua tunggal, sang ibu terus memperjuangkan pendidikan anaknya meski banyak suara sumbang di sekitarnya. “Selagi saya masih bernyawa dan jari sepuluh saya masih kuat, apapun akan saya lakukan agar anak-anak saya sekolah,” ujarnya penuh emosi.

Khairani, yang sejak kecil mengalami gangguan penglihatan akibat penyumbatan saluran air mata sehingga menghambat perkembangan matanya, memilih jalur keagamaan. Ia ingin menjadi guru tahfidz dan mengajarkan Al-Qur’an braille. “Rani pengen jadi guru karena banyak teman dari Sumatera Barat bahkan di luar Sumbar yang nggak bisa baca Al-Qur’an braille,” cerita ibunya.

Kenangan saat Umroh pun membekas, ketika Khairani menunjukkan kemampuannya membaca Al-Qur’an braille di hadapan jamaah internasional. “Dia dipeluk dan dicium sama para laskar perempuan karena bisa membaca Al-Qur’an dengan huruf braille,” tambah sang ibu.

Dengan tekad itu, Khairani mantap memilih Universitas Negeri Padang sebagai pilihan pertamanya, tepatnya di Program Studi Pendidikan Agama Islam. Selain karena aksesibilitas yang disediakan, ia berharap bisa terus memperdalam ilmunya dan menjadi panutan bagi sesama penyandang disabilitas.

UNP, Kampus Ramah Disabilitas

Koordinator Lapangan UTBK-SNBT UNP, Prof. Dr. Asrul Huda, S.Kom., M.Kom mengungkapkan bahwa kampusnya telah lama berkomitmen menyediakan akses bagi peserta disabilitas, terutama netra. “Setiap tahun kita siapkan fasilitas khusus. Tahun ini kami sediakan tujuh PC, meski hanya lima peserta yang hadir,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa UNP adalah satu-satunya perguruan tinggi di Sumatera Barat yang secara konsisten menyelenggarakan UTBK bagi peserta disabilitas. “Ini bagian dari komitmen kami sebagai kampus inklusi,” tambahnya. (Utr/Ss/Humas UNP)



Share:

Informasi

The more that you read, the more things you will know, the more that you learn, the more places you’ll go.”– Dr. Seuss
Author :
Humas UNP - Siti Sarah