Dari Rendang ke Ruang Virtual: UNP dan UNNES Ciptakan Model Belajar Masa Depan
Padang – Universitas Negeri Padang (UNP) kembali menorehkan capaian penting dalam dunia penelitian dengan menggandeng Universitas Negeri Semarang (UNNES) melalui program Riset Kolaborasi LPTK Indonesia (RKIL) 2025. Penelitian bersama ini menghadirkan sebuah gagasan segar yang sekaligus membumi, yakni Model Pembelajaran Proyek Inkuiri (MPPjI) Terintegrasi Etno-SSI Bermedia Virtual Reality (VR) dengan Kajian Aroma Rempah Rendang Padang.
Dipimpin oleh Prof. Dr. Festiyed, M.S., tim peneliti UNP Dr. Skunda Diliarosta, M.Pd. dan Dr. Febri Yanto, M.Pd, Putri Hassanah, S.Pd, Abib Hidayat, S.Pd, dan Fachri Raza dan sedangkan dari pihak UNNES hadir Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., pakar etnosains yang telah lama berkecimpung dalam penelitian berbasis kearifan lokal. Kolaborasi lintas kampus ini tidak hanya memperkuat jejaring riset, tetapi juga menunjukkan bahwa inovasi pendidikan akan semakin kokoh jika dikerjakan bersama.
Bayangkan jika pembelajaran sains tidak lagi terbatas pada papan tulis dan laboratorium, tetapi bisa membawa mahasiswa masuk ke dunia virtual di mana mereka dapat “mencium” dan “menjelajah” aroma khas rendang Minangkabau. Melalui pendekatan Etno-Socio Scientific Issues (Etno-SSI) yang dipadukan dengan teknologi Virtual Reality, mahasiswa diajak memahami sains dari kacamata budaya lokal, sekaligus menelaah dampaknya pada isu sosial dan lingkungan. Inilah cara baru menghubungkan ilmu pengetahuan dengan kehidupan nyata, berikut disampaikan kepada Humas UNP pada Senin (20/10).
Prof. Dr. Festiyed, MS menjelaskan bahwa riset ini adalah bukti nyata bagaimana ilmu pengetahuan bisa bersentuhan dengan identitas local, teknologi (khususnya VR-VirtualReality) dan sekaligus menjawab isu global. “Kolaborasi UNP dan UNNES ini bukan hanya menghasilkan produk akademik, tetapi juga kontribusi nyata untuk masa depan pendidikan Indonesia yang lebih kontekstual, kreatif, meningkatkan literasi digital dan literasi budaya yang berkelanjutan,” tuturnya.
Dr, Skunda Diliarosta, MPd menambahkan bahwa pembelajaran yang dikembangkan tidak hanya menekankan pemahaman konsep IPA, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui isu-isu sosial sains yang relevan. “Belajar sains harus kontekstual, dekat dengan budaya, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini, mahasiswa akan lebih kritis sekaligus bangga dengan kearifan lokal,” ujarnya.
Sejauh ini, penelitian telah membuahkan banyak hasil menggembirakan. Tim peneliti berhasil merumuskan kerangka integrasi MPPjI Etno-SSI bermedia VR bahan kajian aroma rempah rendang padang yang dirancang pun sudah diuji coba dan divalidasi, bahkan telah terdaftar sebagai produk berhak cipta. Selain itu, berbagai data ilmiah terkait uji organoleptik, uji proksimat, dan prokontra rendang ditinjau dari aspek Fisika, Kimia dan Biologi untuk rendang yang dimasak secara tradisional (dengan kayu bakar) dibandingkan dimasak secara modern (dengan kompor gas dengan penambahan bumbu rempah). Hasil untuk uji organoleptik disimpulkan generasi milenial keatas menyukai yang dimasak secara tradisional, sedang generasi milenial ke bawah menyukai yang dimasak secara modern . Sementara hasil Uji proksimat rendang yang dimasak secara tradisional diperoleh anti oksidannya lebih tinggi dan tahan lebih lama.Untuk kontra kekhawatiran masyarakat tentang hitamnya warna rendang banyak mengandung karsinogen dapat terjawab dan dibuktikan secara kimia dengan reaksi Mailard Hasil akhirnya adalah pembentukan senyawa-senyawa melanoid (melanoidins) yang memberi warna cokelat kehitaman hingga kompleksitas rasa/aroma.Secara Fisika radiasi , konveksi, konduksi dan visikositas tidak dominan terhadap rendang karena permukaan pancinya bisa menyerap sebagian radiasi panas sehingga konsentrasi asam amino, gula reduksi, dan lemak meningkat, mendukung reaksi Maillard dan karamelisasi pada tingkat yang terkendali. Kontrol suhu, waktu, dan proporsi bumbu/rempah menentukan kedalaman warna dan kekayaan aroma . Secara Biologi daun dan rempah yang digunakan banyak menyumbangkan antioksidan, pemanasan yang lama meningkatkan keamanan pangan dari bakhteri pathogen. Saat ini, artikel ilmiah yang mengulas temuan tersebut juga sedang dalam proses menuju publikasi internasional. Tidak hanya berhenti di ranah lokal, riset ini turut memperluas sayap dengan membangun jejaring internasional bersama UPSI, Malaysia. Langkah ini menegaskan bahwa UNP dan UNNES serius mengarahkan riset-risetnya agar berkontribusi di level global.
Lebih dari sekadar riset akademik, proyek ini membawa misi besar: mendukung terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pendidikan berkualitas (SDG 4) serta konservasi lingkungan (SDG 13 dan 15). Dengan racikan unik antara sains, budaya, dan teknologi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi model pembelajaran yang tak hanya menghidupkan ruang kelas, tetapi juga menanamkan kepedulian terhadap warisan budaya dan kelestarian lingkungan.
Dengan semangat kolaborasi, UNP menunjukkan bahwa inovasi bisa lahir dari dapur Minangkabau hingga menembus ruang kelas virtual. Dari rendang hingga ke ruang maya, riset ini membuktikan bahwa pendidikan bisa tetap berpijak pada budaya sambil melangkah jauh ke masa depan.
#BeritaUNP #SDGs #SDGs4 #QualityEducation #SDGs #ClimateAction #SDGs15 #LifeonLand #InovasiUNP #UNPKampusBerdampak #DiktisaintekBerdampak #DosenUNP




