Berita

Pelatihan Sablon Ecoprint Berbasis Kewirausahaan bagi Guru dan Peserta Didik dengan Gangguan Spektrum Autisme

Senin, 15 September 2025 Humas UNP - Siti Sarah 153

Bukittinggi – Kegiatan Pengabdian Masyarakat bertajuk “Pelatihan Sablon Ecoprint Berbasis Kewirausahaan bagi Guru dan Peserta Didik dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA)” sukses digelar di SLB Autisma YPPA Bukittinggi pada tanggal 7–9 September 2025. Kegiatan ini diikuti oleh 10 guru dan 5 siswa dengan antusiasme tinggi. SLB Autisma YPPA Bukittinggi Jadi Mitra Kegiatan Pengabdian Masyarakat "Ecoprint Berbasis Kewirausahaan"

Pelatihan ini dilaksanakan oleh Dr. Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd., yang saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi S2 Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Padang (UNP) sekaligus Ketua Layanan Disabilitas UNP, bersama timnya: Johandri Taufan, M.Pd., dan Sahrun Nisa, M.Pd. Kegiatan ini merupakan pengabdian kepada masyarakat yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM).

“Kegiatan ini bertujuan memberikan keterampilan kepada guru dan siswa Gangguan Spektrum Autisme dalam mempersiapkan mereka untuk kembali ke masyarakat dengan bekal keterampilan yang produktif,” ujar Dr. Rahmahtrisilvia.

Teknik Pounding: Aman dan Kreatif.

Pelatihan berlangsung selama tiga hari, dimulai dengan sosialisasi dan praktik awal ecoprint pada hari pertama. Hari kedua dan ketiga diisi dengan praktik mandiri oleh peserta. Teknik ecoprint yang diperkenalkan adalah “pounding” atau teknik pukul, yang dinilai aman dan mudah diaplikasikan, terutama bagi siswa dengan kebutuhan khusus.

Pemateri ahli dalam pelatihan ini, Qori Adriandi, S.Sn., menjelaskan bahwa teknik pounding merupakan metode sederhana dalam ecoprint yang dilakukan dengan memukul daun menggunakan palu kayu agar motif dan warna alami daun berpindah ke permukaan kain.

Ecoprint: Bahasa Alam dalam Karya Seni

Salah satu tim pelaksana, Johandri Taufan, M.Pd., menyampaikan bahwa teknik ecoprint bukan sekadar metode pewarnaan, namun merupakan ekspresi alam yang dituangkan ke dalam kain. Ia menyebut bahwa ecoprint berakar dari teknik pewarnaan alami yang sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu.

Sementara itu, Sahrun Nisa, M.Pd. menambahkan bahwa bahan utama dalam ecoprint berasal dari unsur alami seperti daun jati, ketapang, singkong, mangga, dan juga bunga seperti mawar, telang, dan kembang sepatu, yang memiliki kemampuan transfer warna yang baik ke kain.

Apresiasi dari Pihak Sekolah

Kepala SLB Autisma YPPA Bukittinggi, Nurhidayah, S.Pd., menyampaikan apresiasi mendalam atas terpilihnya sekolah mereka sebagai mitra pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini. Ia menilai pelatihan ini sangat bermanfaat dalam memperkaya keterampilan yang dapat diajarkan kepada siswa.

“Sebelumnya kami sudah mengajarkan teknik membatik dengan canting, namun cukup berisiko karena menggunakan kompor. Bagi anak autisme, kondisi seperti lilin yang terlalu panas bisa membahayakan karena mereka belum memiliki inisiatif untuk mengurangi nyala api,” jelasnya.

Dengan adanya pelatihan ecoprint, para guru dan siswa kini dapat berkreasi dengan lebih aman dan bebas. Mereka mulai membuat produk seperti tas dan alas meja dengan memanfaatkan berbagai jenis daun.

“Kegiatan ini juga melatih koordinasi mata dan tangan siswa saat menyusun dan memukul daun pada kain. Semoga pelatihan ini dapat terus dipraktikkan di sekolah untuk mendukung pengembangan keterampilan dan kewirausahaan siswa. Terima kasih kepada tim KPM, semoga program seperti ini bisa berkelanjutan,” pungkas Nurhidayah. (Slv)

#beritaunp #sdgs #SDGs4 #SDGs8 #SDGs10 #SDGs12 #SDGs17 #qualityeducation #decentworkandeconomicgrowth #reducedinequalities #responsibleconsumptionandproduction #partnershipforthegoals #unpkampusberdampak #diktisaintekberdampak