RCCC UNP dan APDI Lakukan Pemetaan Kawasan Terdampak Bencana Hidrometeorologi di Sumbar
Padang — Pusat Riset Perubahan Iklim (RCCC) Universitas Negeri Padang (UNP) bersama Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI) melakukan kegiatan pemetaan kawasan terdampak bencana hidrometeorologi di Sumatera Barat. Kegiatan ini berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat untuk mendukung percepatan penanganan pascabencana melalui penyediaan data spasial mutakhir.
Pelaksanaan pemetaan dimulai pada Minggu, 30 November 2025, dengan fokus awal pada wilayah-wilayah yang mengalami kerusakan parah akibat hujan ekstrem sepanjang November. Dalam arahannya, Dr. Ir. Udrekh, S.E., M.Sc., Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, menekankan perlunya pemetaan dari hulu ke hilir agar dinamika aliran, perubahan morfologi sungai, serta potensi risiko lanjutan dapat dipahami secara komprehensif.
Dua daerah prioritas yang dipetakan terlebih dahulu adalah DAS Batang Air Dingin di Lubuk Minturun dan DAS Batang Kuranji di Batu Busuk. Kedua daerah ini merupakan titik konsentrasi banjir bandang dan aliran debris yang membawa material kayu, lumpur, dan batuan. “Pemetaan secara menyeluruh dari hulu hingga hilir memberikan gambaran jelas tentang sumber masalah dan potensi bahaya yang mungkin masih tersisa,” ungkap Dr. Udrekh.
Sementara itu, Fajar Sukma, S.Pd., Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, memberikan arahan lanjutan agar pemetaan diperluas ke wilayah-wilayah lain yang juga terdampak berat. Banyaknya permintaan dari pemerintah daerah membuat operasi pemetaan mencakup Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, serta sejumlah daerah lain yang membutuhkan dokumentasi spasial berbasis drone untuk asesmen risiko dan perencanaan penanganan.
Tim RCCC UNP yang terlibat dalam kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala RCCC UNP, Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si.. Beliau didampingi oleh Divisi Aerial dan GNSS Surveying RCCC UNP, yakni Dedy Fitriawan, S.Pd., M.Si., serta Edi Kurnia, S.Si. yang bertugas sebagai pilot drone dan analis spasial. Tim RCCC yang sekaligus anggota APDI Sumbar ini bekerja bersama tim APDI dari pusat, termasuk personel yang didatangkan khusus dari Jawa Timur untuk memperkuat operasi pemetaan udara.
Ketua RCCC UNP menegaskan bahwa keterlibatan perguruan tinggi dalam respon kebencanaan merupakan bagian penting dari kontribusi ilmiah UNP bagi masyarakat. “Data spasial berbasis drone sangat menentukan dalam proses kajian risiko dan perencanaan penanganan. Kolaborasi ini memastikan bahwa data yang dihasilkan akurat, cepat, dan dapat langsung dimanfaatkan oleh BNPB, BPBD, maupun pemerintah daerah,” ujarnya.
Hasil pemetaan selanjutnya akan dianalisis untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan, kerusakan geomorfologi sungai, jalur aliran debris, hingga potensi risiko susulan. Data tersebut akan dihimpun dalam laporan komprehensif yang akan diserahkan kepada BNPB, BPBD, serta pemerintah daerah setempat sebagai dasar pengambilan keputusan.
Melalui kegiatan ini, UNP menegaskan komitmennya dalam mendukung mitigasi dan pemulihan pascabencana di Sumatera Barat, serta memperkuat peran akademik dalam menyediakan riset dan data ilmiah untuk ketangguhan daerah.















